Tumbang Baraoi Itu di Mana ?

"Tumbang Baraoi itu artinya apa ?". Demikian kira-kira pertanyaan yang kerap di sodorkan ke saya ketika melakukan aksi fundrising dan menggalang buku untuk taman baca. Saya paham betul, jika mereka sebelumnya tidak pernah mendengar nama itu, biasanya saya lantas tersenyum dan mencoba menerangkan bahwa "Tumbang Baraoi" adalah nama tempat atau lebih tepatnya sebuah desa. 
Estimasi Waktu Tempuh Menuju Tumbang Baraoi dari Barito Kuala-Kalsel

Lantas dimanakah Desa Tumbang Baraoi itu ?.

Tumbang Baraoi adalah sebuah desa yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan - Indonesia. Desa ini merupakan ibu kota kecamatan Selain Tumbang Baraoi, masih ada enam desa lainnya yang termasuk kedalam wilayah kecamatan ini yakni Desa Batu Tukan, Tumbang Tangoi, Tumbang Jala, Batu Badak, Nusa Kutau dan Habangoi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan Tahun 2013 yakni Kecamatan Petak Malai Dalam Angka 2013, luas wilayah Desa Tumbang Baraoi adalah 19.000 Ha dengan jumlah penduduk 592 jiwa. Desa ini di lalui oleh dua sungai yaitu Sungai Samba dan Sungai Baraoi, kedua sungai-sungai ini tidak hanya penting karena airnya dimanfaatkan untuk keperluan MCK tetapi juga sebagai tempat mencari ikan dan jalur transportasi.

Mayoritas penduduk Desa Tumbang Baraoi beragama Hindu Kaharingan, mereka menempati rumah-rumah kayu  dengan tiang (rumah panggung). Umumnya mereka hidup dari berladang, berburu ataupun mengumpulkan hasil hutan seperti rotan, damar dan umbut-umbutan. 
Sistem ladang berpindah masyarakat dayak, setelah di tebang dan dikeringkan
areal yang akan dijadikan ladang di bakar agar subur

Selain rotan, sebagian masyarakat desa juga menjual hasil bumi berupa karet dan hasil ternak. Sayangnya karena akses jalan yang masih belum bagus, kegiatan ini hanya giat di musim kemarau, namun ketika musim hujan mobil-mobil angkutan akan kesulitan mencapai lokasi karena medan yang ekstrim. Pada saat seperti ini mereka lebih memilih mencari peruntungan dengan mendulang emas atau ngaloyong.

Ditinjau dari segi bahasa, keseharian masyarakat Tumbang Baraoi menggunakan bahasa dayak dalam berkomunikasi. Bahasa dayak yang sering digunakan adalah bahasa Kadorih atau bahasa Dohoi dan bahasa Ngaju. 

Berikut beberapa contoh bahasa Kadorih/ bahas Dohoi

Air = Danum
Angin = Bahiw
Berdiri = Tombok
Buaya = Bajo
Bukit = Korong
Dari = Bara
Hilang = Nihou
Karet = Gihta
Kecil = Koik
Kencur = Sikun
Kuku = Luhkap
Lebah = Potik
Lari = Nakuru
Mandi = Monduy
Manis = Momih
Minum = Ngorih
Pinto = Atop
Rotan = Owoi
Serai = Sadorai
Tombak = Lunju
Tua = Oko
Terbang = Naang

Akses jalan,  untuk akses darat Desa Tumbang Baraoi saat ini masih menggunakan jalan perusahaan kayu setempat. Jalan ini relatif lancar di lewati saat musim kemarau, namun saat musim hujan hanya sedikit kendaraan yang bisa lewat itupun kerap kali harus beberapa kali amblas dan berjibaku dengan lumpur tanah merah. Waktu tempuh jika berangkat dari ibukota kabupaten yakni Kasongan kurang lebih 4 - 4,5 jam. Akses lain yaitu menggunakan transportasi air, bisa menggunakan perahu motor atau kelotok tentunya dengan waktu tempuh yang lebih lama, untuk mencapai ibu kota kabupaten bisa menghabiskan waktu seharian bahkan lebih. Kedua akses ini sama-sama memiliki risiko, akses darat selain rawan amblas harus berhati-hati dengan kendaraan pengangkut kayu (logging truck), selain jalan yang relatif sempit pengguna jalan juga harus menguasai rambu khusus selama di jalan perusahaan. Sedangkan akses transportasi air, riam adalah tantangan terbesar yang menguji mental dan nyali.

Itulah sedikit gambaran mengenai Tumbang Baraoi, lokasi dimana Taman Baca Baraoi berada. Setahun berdirinya sarana ini (Pada 27 Agustus 2015), minat baca masyarakat terutama remaja mulai menunjukan perkembangan positif. Karenanya kami terus berusaha mengembangkan taman baca ini dengan terus mengupayakan penambahan koleksi buku melalui aksi donasi serta melengkapi parasarananya.