Perjalanan Pembuatan Video GRCC2016

Lokasi Taman Baca Baraoi boleh dikatakan cukup terpelosok. Sehingga setiap perjalanan menuju atau pulang dari sana biasanya selalu menyisakan pengalaman yang menarik. Demikian pula saat kami melakukan pengambilan video untuk keperluan lomba Gramedia Reading Community Competition 2016 (GRCC2016). 

Menunggu  penduduk yang melintas untuk di titip pesan

Berselang kurang lebih dua Minggu sejak di umumkannya 120 peserta yang lolos tahap 1 ( Seleksi Essai), Taman Baca Baraoi mendapatkan ucapan selamat  melalui e-mail karena telah berhasil lolos tahap 2 (50 besar). Bersamaan itu kami juga diminta mengumpulkan bahan konten untuk pembuatan video yang akan digunakan untuk seleksi tahap selanjutnya yakni tahap voting video. 
Menunggu keberangkatan
Deadline pengumpulan bahan video sendiri paling lambat tanggal 29 Juni 2016, atau sekitar Seminggu sejak pemberitahuan. Namun, saat itu Taman Baca juga sudah mengagendakan acara Aksi Sosial Penggalangan Buku dan Donasi di Bundaran Besar Palangkaraya, 26 Juni 2016. Sehingga, kami hanya punya waktu sekitar 2 hari atau hanya 1 hari efektif untuk pengambilan videonya karena dipotong waktu tempuh perjalanan menuju Desa Tumbang Baraoi, lokasi Taman Baca berada. 
Menyusuri Sungai Samba

Pagi, usai kegiatan sosialisasi di Palangkaraya,  Kami (Muhammad Jumani dan Edi Sabara) berangkat menuju Tumbang Samba. Kali ini kami menumpang mobil Eri salah satu warga desa Tumbang Baraoi yang biasa berbelanja di Pasar Samba. Tidak biasanya hari itu kami berangkat cukup awal, setelah menitipkan motor, kami menaiki mobil yang memang tinggal menunggu kami berdua untuk berangkat. 

Awalnya perjalanan berjalan seperti biasa, namun mendekati persimpangan jalan desa ban mobil mengalami kebocoran. Kami kembali meneruskan perjalanan usai mengganti ban, tapi lagi-lagi perjalanan kami kembali mengalami hambatan. Ada bunyi-bunyi aneh di sekitar ban bagian belakang, seperti bunyi decit dan kadang seperti letupan. Lama-kelamaan bunyi ini semakin sering dan semakin nyaring.

Suasana semakin tegang ketika setiap kali bunyi terdengar mobil mendadak tidak stabil seolah ada tenaga yang menghantam mobil dari bagian belakang sehingga tak jarang membuat mobil menjadi oleng. 

"Kenapa ini Ri?", taya salah satu penumpang perempuan yang rupanya sedari tadi juga takut. "Kemungkinan ada kerusakan laher atau bering ban belakang. Tapi kita coba saja semoga masih bisa jalan hingga tepi sungai", sang sopir menjelaskan. 

Dengan terseok-seok akhirnya mobil berhasil sampai di tepian sungai, tak jauh dari jembatan. Di sini kami hanya bisa menunggu dan berharap seseorang lewat untuk bisa menyampaikan pesan ke orang desa untuk menjemput kami menggunakan alkon atau perahu ces. Saat itu waktu menunjukan sekitar pukul tiga, setelah kurang lebih lima belas menit berselang akhirnya ada pengendara sepeda motor yang melintas dan kebetulan akan menuju desa. Setelah itu kami kembali hanya bisa bersabar menunggu jemputan tiba.

Tak lama berselang setelah kami berbuka puasa ala kadarnya, perahu jemputan datang. Melintasi sungai berbatu di penghujung senja yang mulai menjemput malam tidak kalah menegangkan. Hanya mengandalkan ingatan sang juru pengemudi yang membimbing perahu ces melaju menyusuri sungai menuju  Desa Tumbang Baraoi. 

Setelah melakukan pengambilan data dan video keesokan harinya saya berangkat kembali ke Banjarmasin untuk mengirimkan bahan ke panitia GRCC 2016. Saat itu saya hanya berangkat sendiri karena Edi masih tinggal untuk beberapa hari. Sebenarnya ada pengalaman menarik yang juga saya alami saat perjalanan kembali namun tidak saya ceritakan di sini karena sudah terlalu panjang. Ceritanya saya tulis di haman facebook dengan judul "Malaikat" di sekitar kita.

Inilah Videonya




Untuk membantu vote video Taman Baca Baraoi, Katingan - Kalimantan Tengah. Klik video youtubenya dan berikan like. Periode Voting sampai dengan 3 Agustus 2016.