Patahnya Sayap Literasi?

Taman Baca Baraoi - Nasib Literasi Indonesia akan berada di ujung tanduk, jika FCL (Free Cargo Literacy)  program kirim buku bebas biaya melalui PT POS Indonesia untuk relawan dan simpul pustaka benar-benar dihentikan. Pasalnya program yang diinisiasi sejak Mei 2017 ini adalah salah satu "sayap" bagi gerakan literasi tanah air. Tanpanya para pegiat literasi tidak hanya akan kesulitan mendistrubisikan buku yang merupakan "ruh" bagi simpul-simpul pustaka tetapi juga meredupkan harapan anak-anak di pedalaman untuk membuka lebih banyak jendela dunia.
kirim buku gratis dihentikan
FCL Terhenti, Patahlah Sayap Literasi

Sebagaimana diketahui, berdasarkan  studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Namun tidak demikian halnya dilapangan, nyatanya fakta tersebut seolah terbantahkan. Melalui laman grup Pustaka Bergerak Indonesia, relawan dan pengurus simpul pustaka  di seluruh Indonesia membagikan pengalaman senada, bahwa sejatinya masyarakat khususnya anak-anak haus membaca. Jika tidak, mereka hanya belum mengenalnya karena selama ini buku belum pernah sampai ketangan mereka. Sekali lagi, FCL adalah "sayap" bagi buku-buku tersebut untuk bisa sampai ditangan tunas-tunas bangsa itu. 

Selama 18 bulan, hingga Oktober 2018, PT Pos telah mengangkut secara gratis paket dari para relawan dan dermawan sebanyak 45.252 koli, yang berat totalnya hampir 289 ton, dengan total biaya angkut tersebut hampir 13,5 Milyar. Semula, rencananya beban PT Pos ini akan ditanggulangi oleh sejumlah pihak, yang sama-sama peduli pada peningkatan kecerdasan bangsa.Namun, hingga hari ini, PT Pos belum juga mendapatkan bantuan yang diperlukan, khususnya legalitas formal dan kejelasan pembagian beban, yang tanpa itu PT Pos sebagai BUMN bisa dirugikan di bawah audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). 

Saat ini sejumlah upaya sedang dilakukan untuk mempertahankan program ini. Dua poin penting hasil meeting Evaluasi Kiriman Buku Gratis PT Pos yang dihadiri oleh Nirwan Ahmad Arzuka, pendiri Pustaka Bergerak Indonesia dan beberapa perwakilan dari Badan dan Kementrian antara lain sebagai berikut :
  1. Pustaka bergerak meminta waktu satu bulan untuk membantu mengurus legalitasnya.
  2. Sementara pengurusan ini, program FCL berikutnya yang jatuh pada tanggal 17 November akan dihentikan sementara. 
Nirwan juga meminta agar seluruh masyarakat khususnya yang merasakan dampak langsung FCL untuk turut menyuarakan dukungannya melalui media sosial dengan mengunggah video pendek tentang manfaat dan pentingnya FCL untuk menjadi program tetap pemerintah. Selain berupa video pendek pegiat literasi dan volunter juga dapat menyerukan dukungannya melalui tulisan dan atau menandatangani petisi.