Taman Baca Baraoi - Di desa Tumbang Baraoi khususnya Kecamatan Petak Malai, masih banyak potensi sumber daya alam yang belum dikembangkan. Salah satu faktor yang menjadi kendala adalah minimnya pengetahuan dan wawasan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut.
Buah Tenggaring/ Kapulasan saat Matang |
Panen Tenggaring |
Panen Tenggaring |
Buah Tenggaring (Nephelium ramboutan-ake Labill.) adalah salah satunya. Pohon buah yang dalam bahasa Indonesia disebut kapulasan ini sebenarnya punya potensi untuk dikembangkan. Meski kalah pamor dengan kerabat dekatnya Rambutan (Nephelium lappaceum), buah yang merupakan flora identitas Provinsi Kalimantan Tengah ini masih cukup diminati. Tentunya ini sangat disayangkan, dan jika tidak ada upaya serius untuk membudidayakannya tidak mustahil tenggaring langka dan punah.
Bibit Buah Tenggaring/Kapulasan ((Nephelium ramboutan-ake Labill.)) |
Bibit Buah Pilang sejenis sukun |
Tanaman buah yang juga dikenal dibeberapa daerah di Indonesia dengan beragam nama antara lain pulasan (Sunda), tenggaring (Kalimantan Tengah), tukou biawak (Kubu), Molaitomo (Gorontalo), mulitan (Toli-toli), maritam (Kalimantan Selatan), kapoelasan (bhs. Jerman), karayo (bhs. Filipina) dan rambutan paroh (bhs. Malaysia) ini sebenarnya cukup mudah dikembangbiakan. Namun karena semakin banyaknya buah-buahan lain yang dianggap lebih menguntungkan serta maraknya buah-buah impor tanaman yang satu ini mulai terlupakan.
Tenggaring atau maritam memiliki buah mirip rambutan namun tidak berambut, warnyanya hijau saat masih mudah dan bewarna merah kehitaman atau keunguan pada saat sudah matang. Kulitnya relatif lebih tebal dari rambutan. Daging buah berwarna putih dan agak lengket dengan biji (tidak mudah lepas dari biji). Rasanya manis dan sedikit agak asam. Setiap 100 gram daging buah mengandung 85 g air, 0.8 g protein, 0,6 g lemak, 13 g karbohidrat dan 0,1g serat.
Di Taman Baca Baraoi kami telah memiliki sekitar 100 bibit tenggareng atau maritam yang disemai menggunakan biji di media polybag dan beberapa bibit tanaman buah lokal lainnya antara lain pampakin (Durio kutejensis), pilang/dongin, dan rambai hutan /ombing (Baccaurea angulata).
Penyemaian bibit buah-buahan lokal ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian kekayaan flora lokal sekaligus menyediakan informasi kepada masyarakat tentang buah-buahan lokal tersebut mengingat peranan Taman Baca sebagai pusat edukasi non-formal.