Bu Asih, "Pejuang" Anggrek Yang Tersisihkan

Palangkaraya - Siang itu matahari cukup menyengat, dengan mengendarai motor bermuatan penuh untuk bekal persiapan di Tumbang Baraoi saya menyempatkan diri menuju sudut kota Palangkaraya. Tujuan saya adalah Rumah Anggrek milik bu Asih atau dikenal juga dengan Asih Orchid


Bu Asih, Pemilik Asih Orchids
Setelah beberapa kali salah masuk blok, akhirnya ketemu juga tempat ini. Maklum rasanya hampir setahun lebih setelah kunjungan pertama dulu dan waktu itupun saya masih di antar oleh pak Subhan, yang juga salah satu penghobi anggrek spesies.
Pomatocalpa sp
Setibanya di Asih Orchid, suasana tampak sepi ternyata pemiliknya sedang tidur. Sebenarnya ada perasaan tidak enak karena harus membangunkannya, apalagi dia (bu Asih) cerita baru saja pulang dari membantu menanamkan tanaman hias pinang merah tetangganya.
Koleksi Asih Orchid Palangkaraya
"Yang sedang berbunga apa aja bu?", tanya saya memulai pembicaraan. "Tidak banyak, anggrek ini masih dalam tahap pemulihan akibat dampak kemarau panjang beberapa waktu lalu", dan beliaupun mulai "curhat" lika-liku yang dihadapi selama menjadi penghobi anggrek yang telah di tekuninya sejak belasan tahun lalu. 

Bu Asih, mungkin adalah satu-satunya warga Palangkaraya yang memiliki dan membudidayakan anggrek spesies khususnya yang ada di Kalimantan Tengah dengan koleksi mencapai ratusan jenis. Sayangnya meski talah berjasa dalam hal penyelamatan anggrek, apresiasi dan kontribusi pemerintah daerah masih sangat minim ia rasakan. Bahkan, saat ini rumah anggrek yang menempati lahan milik aset daerah ini terancam di "gusur" untuk pembangunan kompleks taman budaya.


Kebakaran hutan dahsyat yang melanda hampir diseluruh daerah tak terkecuali di Kalimantan Tengah adalah momok bagi Bu Asih. Wanita yang juga memiliki suami dengan hobi yang sama ini khawatir tanpa ada upaya penyelamatan dan pelestarian tidak mustahil masyarakat tidak akan pernah tau bahwa di Kalimantan Tengah ada kekayaan alam berupa anggrek yang memiliki potensi dan keindahan untuk dikembangkan.

"Saya hanya ingin, 5-10 tahun kedepan masyarakat masih bisa melihat anggrek-anggrek ini, karenanya meski harus pindah anggrek-anggrek ini harus tetap hidup", paparnya. Bu Asih mengaku sudah memiliki lahan di sekitar di jl Tjilik Riwut Km 9 untuk menampung koleksinya. Meski demikian semua tidak bisa instan karena lahan tersebut harus disiapkan terlebih dahulu. Sebab itulah Ia meminta tempo untuk bisa menggunakan lahan yang sekarang hingga lahan baru siap digunakan.