www.tumbangbaraoi.com - Cuaca mendung dan gerimis yang sesekali menerpa wajah tak mampu memadamkan semangat para relawan untuk terus melaju di atas alkon membelah riak sungai Baraoi menuju Desa Batu Tukan, Petak Malai salah satu kecamatan paling hulu di kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sejatinya kegiatan Manalih Lewu yang bertepatan Rabu 28 Juli 2021 adalah rutinitas biasa Taman Baca Baraoi untuk mengantarkan buku dan menggelar kegiatan edukatif untuk adik-adik di desa-desa di daerah hulu Katingan. Namun yang membuat gelaran kali ini menjadi istimewa adalah para relawannya. Manalih Lewu kali ini digagas oleh alumni relawan yang kini sebagian besar sudah menempuh pendidikan perguruan tinggi atau universitas di kota.
Kendati tidak diikuti oleh personil lengkap, alumni relawan yang diwakili Feby, Wilse, Pepi, dan Nova tampak ceria menjalani rangkaian kegiatan kedua setelah sehari sebelumnya turut bergabung dalam aksi tanam pohon di Taman Suluh Pambelum, Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai, Katingan. Meski terbilang singkat, reuni yang bertepatan cuti perkuliahan yang digagas secara spontanitas selama dua hari ini memuat tiga agenda kegiatan, yakni Tanam Pohon, Manalih Lewu dan Hiking ke Bukit Bangapan.
Pemilihan Desa Batu Tukan sebagai tujuan Manalih Lewu bukan tanpa alasan. Selain karena desa ini sejalur dengan agenda ketiga yakni Hiking, Batu Tukan juga memiliki catatan manis tersendiri dalam setiap kesempatan Manalih Lewu, apalagi desa ini juga merupakan desa kedua yang paling banyak mecetak relawan-relawan yang militan sebut saja Veronika, Mela, dan Thomas.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, alkon berhenti di lanting tempat kami biasa bertambat yakni kediaman rumah Veronika. Para relawan dengan balutan seragam hijau satu persatu menaiki tangga-tangga tradisional terbuat dari sebuah kayu log seukuran paha yang sudah diberi semacam pahatan seperti anak tangga.
Mempertimbangkan cuaca yang masih belum begitu bersahabat rombongan memutuskan untuk hiking terlebih dahulu sebelum menggelar buku. Maka perhentian kami hanya menghabiskan belasan menit yang untuk menurunkan box buku, perlengkapan serta menjemput Veronika. Setelah membawa bekal seperlunya, alkon kembali melaju menuju hulu kurang lebih 15 menit hingga tiba di titik start pendakian Bukit Bengapan. Perjalanan menapaki track yang cukup menguras tenaga ini akan diceritakan lain kesempatan.
Kurang dari pukul 14. 00 wib kami sudah kembali ke Desa Batu Tukan. Target alokasi waktu kegiatan kali ini hanya kurang lebih 3 jam. Selain gelar buku, tim membawa Mikroskpop siswa untuk dikenalkan kepada adik-adik yang kami prediksi seratus persen dari mereka belum pernah melihat atau setidaknya menyentuh benda ajaib dan langka bagi anak-anak pedalaman ini.
Batu Tukan bukanlah desa yang besar, tetapi kunjungan Manalih Lewu selalu terasa mendapatkan sambutan hangat baik dari masyarakat maupun anak-anak tidak terkecuali kunjungan kali ini. Dalam waktu singkat, anak-anak yang tadinya sedang asik menunggu buah durian, sedang mandi dan bermain air di sungai, atau aktivitas lainnya kini sudah berkumpul mengeliling tarpal berukuran 2 x3 m dengan beragam jenis buku bacaan di atasnya.
Kegiatan baca disediakan waktu 90-120 menit sebelum lanjut pada pengenalan singkat tentang mikorskop dan bagian-bagiannya serta cara mengaplikasikannya. Ditemani kak Pepi Handayani mahiswi pendidikan Biologi UPR dibantu kak Feby serta kemampuan benda "sakti" ini dalam memperbesar bayangan objek yang diamati sukses menyihir tunas-tunas harapan bangsa ini larut dalam rasa penasaran dan keanehan.
Dengan waktu yang terbilang sangat singkat, tujuan Manalih Lewu pada intinya memang dalam rangka memberi stimulus atau rangsang kepada adik-adik dengan beragam buku dan kegiatan yang dapat membangkitkan rasa penasaran dan ingin tahu sehingga mereka tergerak untuk menggali dan menemukan jawabannya sendiri melalui berbagai sumber salah satunya adalah buku.
Di akhiri dengan kuis dan pembagian dorprize, kegiatan Manalih Lewu edisi spesial Alumni Relawan akhirnya berakhir dan kembali ke Desa Tumbang Baraoi. Sebuah dedikasi dan kepedulian yang patut di apresiasi dan sekali lagi menjadi bukti bahwa tidak semuanya segala sesuatu diukur dengan materi. Kami hanya bisa berdoa semoga niat dan tekad kalian dalam menuntut ilmu di kuatkan seperti kuatnya rasa kepedulian kalian dalam berbagi dan mengabdi untuk sesama. Sehingga tidak peduli sebesar apapun halangan dan beratnya tantangan kalian dapat melaluinya dengan akhir yang bahagia. Sampai berjumpa lagi di kesampatan selanjutnya, salam Literasi !