Muhammad Rizki Kayuh Sepeda Puluhan Kilometer Untuk Membaca

Taman Baca Baraoi - Ada banyak kisah yang dapat membuat hati kita tersentuh, bahkan kadang cerita itu justru berasal dari lingkungan sekitar kita. Salah satunya adalah kisah Muhammad Rizki seorang anak berkebutuhan khusus yang beberapa hari lalu mengundang simpatik dari ratusan pengguna sosial media facebook. 
Kisah Muhammad Rizki
Muhammad Rizki
Muhammad Rizki adalah bocah 15 tahun asal Desa Cahaya Baru, Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan yang telah berhenti di kelas dua sekolah dasar. Namun kegigihannya membaca pantas ditiru. Di tengah kondisinya sebagai anak berkebutuhan khusus, ia sanggup menempuh perjalanan puluhan kilometer dengan mengayuh sepeda dari desanya menuju kota Banjarmasin. Perjalanan yang tentunya memerlukan waktu berjam-jam dan menguras tenaga.
Cerita Muhammad Rizki
Tulisan Muhammad Rizki

Adalah pemilik akun Slamet Adi yang pertama kali memposting rasa simpatinya kepada anak yang juga beberapa kali di jumpai di salah satu pusat perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin ini. Dalam statusnya, Ia mengungkapkan telah bertemu seorang anak yang telah menempuh perjalanan jauh datang ke Banjarmasin dan mengunjungi toko buku untuk membaca, namun karena anak tersebut tidak di izinkan karena ada sedikit "kekurangan".

"Hari ini saya bertemu seorang anak bernama Muhammad Rizki 15 tahun seorang anak yg berasal dari Desa Cahaya Baru Kec. Jejangkit Kab. Barito Kuala Rt.10 yg bersepeda ke Banjarmasin untuk mengunjungi sebuah toko buku untuk membaca, namun tidak dibolehkan masuk karena sedikit mengalami kekurangan. Rizki berhenti sekolah sejak kelas 2 SD karena keterbatasan biaya dan kekurangannya, namun niat untuk belajarnya tidak pernah pudar, itulah yg membuat Rizki jauh2 datang dari Jejangkit ke Banjarmasin menggunakan sepeda untuk membaca buku. anak yg berasal dari Desa Cahaya Baru Kec. Jejangkit Kab. Barito Kuala Rt.10 yg bersepeda ke Banjarmasin untuk mengunjungi sebuah toko buku untuk membaca, namun tidak dibolehkan masuk karena sedikit mengalami kekurangan. Rizki berhenti sekolah sejak kelas 2 SD karena keterbatasan biaya dan kekurangannya, namun niat untuk belajarnya tidak pernah pudar, itulah yg membuat Rizki jauh2 datang dari Jejangkit ke Banjarmasin menggunakan sepeda untuk membaca buku", tulisnya. 

Senada dengan penuturan Slamet Adi, pemilik akun Jayaibad salah satu pegawai toko buku yang ada di Banjarmasin juga mengiyakan kegigihan Muhammad Rizki dalam membaca. Bahkan ia kerap menjumpai anak ini membaca hingga larut malam.

"Sering ketemu Rizki di Toko Buku, bahkan kadang di sampai larut malam. Semoga disehatkan terus Rizki ", komentarnya pada postingan tersebut. 


Sampai tulisan ini dibuat, postingan tersebut telah di bagikan sedikitnya 179 kali dan telah di like lebih dari lima ratus orang. 

Di konfirmasi melalui pesan singkat, Sunarti, Ibu Rizki mengatakan anaknya memang menginginkan buku, yakni buku-buku seperti ensiklopedia tokoh kartun disney, buku-buku tentang Frozen, dan sains astronomi. Ia juga menjelaskan anaknya memang pernah sekolah sampai kelas 2 SD namun berhenti sekolah karena anak ini memiliki "kekurangan" salah satunya adalah takut mendengar suara-suara keras (nyaring) seperti petasan atau petir. Sebab lain karena ia juga kerap mendapat ejekan dari teman-temannya. 

Di konfirmasi terpisah, sekdes Cahaya Baru, Hadiyanor, ketika di hubungi oleh admin menuturkan, Rizki adalah anak yang unik. Jika memiliki keinginan maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Dengan kegigihannya itu mengayuh sepeda ke Banjarmasin bukanlah sesuatu yang mustahil baginya. Ia pernah memiliki keinginan untuk pergi ke bandara, meski dilarang dan berkali-kali tersesat, ia selalu pergi untuk mencapai tujuannya tersebut. Begitupula ketika dipikirannya terbesit ingin menjadi petugas PLN, ia lantas membentang benang satu gang, seolah-olah petugas PLN yang sedang membentang kabel. Terakhir, anak itu sedang menggilai "Frozen", maka setiap buku, gambar dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu akan di carinya. Karena itu Hadi tidak yakin bahwa yang paling dibutuhkan anak itu adalah buku. 

Kasus Rizki memang unik, namun kita harus memberikan applause untuk semangat dan kegigihannya. Di tengah kecanggihan teknologi gadget seperti sekarang kita bahkan tidak tahu manakah yang sebenarnya lebih tepat di sebut "berkebutuhan khusus", Rizki atau kebanyakan anak-anak yang hanya menghabiskan sebagian besar harinya dengan gadget, dan game online.