www.tumbangbaraoi.com - Lensa Baraoi kali ini tentang salah satu pekerjaan atau status yang bagi sebagian orang mungkin terlihat sepele namun bagi sebagian lainnya justru sangat berjasa. Apalagi kalau bukan tukang sayur atau biasa disebut dengan paman sayur.
Sebagai salah satu desa terpencil yang tak jauh dari hutan Desa Tumbang Baraoi memang memiliki persediaan sayur-mayur dan lauk pauk yang sebenarnya cukup. Namun demikian karena tuntutan aktivitas dan lainnya tidak semua masyarakat bisa memenuhi kebutuhan lauk pauk dan sayur mayur dengan berburu dan meramu. Oleh karena itu kehadiran penjual sayur sangat membantu.
Salah satu tukang sayur yang sudah cukup pamiliar di kalangan masyarakat Tumbang Baraoi adalah sosok Pak Le Jono, atau yang akrab di panggil Pak Le. Pak Le biasanya menyambangi pelanggan setianya setiap satu atau dua minggu sekali atau tergantung kondisi jalan yang umumnya sangat dipengaruhi oleh curah hujan.
Menggunakan pick up yang sudah menjadi khasnya, Pa Le biasanya membawa sayur mayur dan lauk pauk dari Desa Tumbang Manggu yang jaraknya kurang lebih 60 km. Kacang panjang, wortel, kentang, kubis, terong, tomat, labu dan timun adalah beberapa contoh sayuran yang dimaksud, sedangkan lauknya antara lain tempe, tahu, ikan bawal, ikan patin, dan ayam potong. Terkadang ia juga membawa beberapa jenis buah-buahan seperti mangga, semangka dan jeruk. Jualannya ini tidak hanya dijajakan di desa Tumbang Baraoi saja, tetapi juga di desa lain serta kelompok masyarakat yang ada di sekitar base camp perusahaan HPH Gaung Satyagraha Agrindo.
Sebenarnya Pak Le ini tidak hanya semata-mata menjadi penjual sayur dan lauk pauk, namun ia adalah tipe pedagang yang pandai mencari dan mengolah peluang. Sebagai contoh, sepulang dari berjualan di mana kondisi mobil pick up relatif kosong, ia menampung dan membeli berbagai komoditi lokal seperti sayur (misal terong asam dan labu), jengkol, durian dan hasil hutan seperti damar juga barang bekas seperti besi, accu (aki), aluminium dan tembaga.
Foto yang diambil sekitar bulan Agustus 2017 di atas adalah salah satu momen di mana mobil Pak Le sedang berjuang menaklukan "kejamnya" jalan desa yang sebenarnya hanya kurang lebih 6 km dari main road perusahaan HPH. Mobil yang sejatinya ingin meninggalkan kampung tak sanggup menanjak di sebuah bukit tak jauh dari persimpangan jalan Batu Tukan-Tumbang Baraoi. Mobil ini bisa di evakuasi dengan bantuan beberapa warga yang kebetulan sedang melintas.