Serunya Jelajah Bukit Tandu, Petak Malai Katingan

www.tumbangbaraoi.com- Potensi wisata di Kecamatan Petak Malai sesungguhnya tak kalah memikat dibanding di daerah lain. Selama ini orang luar boleh jadi hanya mengenal Taman Nasional Bukit Raya di Desa Tumbang Habangoi yang beberapa tahun terakhir cukup giat dipromosikan, tetapi sesungguhnya masih ada beberapa tempat yang jika dipoles dan kelola dengan cermat dapat menjadi salah satu objek wisata alam yang juga memesona. 

Foto Bukit Tandu

Tidak hanya dapat mengandalkan objek wisata alam seperti Bukit Bengapan dan Bukit Tandu, Kecamatan Petak Malai juga sebenarnya memiliki beberapa nilai tambah bagi pelancong atau wisatawan misalnya  berupa tempat sakral yang berhubungan dengan kepercayaan dan budaya setempat contohnya  Batu Tumbung, Batu Ingei, Batu Bajuh, dll. 

Sayangnya sejauh ini upaya untuk menggarap tempat-tempat ini sebagai salah satu destinasi  wisata yang sejatinya bisa jadi salah pendongkrak perekonomian desa masih belum terealisasi. Kendati demikian niat atau keinginan pemuda-pemudi desa cukup antusias untuk merealisasikannya. Salah satu langkah awalnya ialah dengan mengeksplorasi dan menjelajahi tempat tempat tersebut untuk menggali lebih detail potensi-potensi di dalamnya seperti Jelajah Bukit Tandu yang berjarak kurang lebih 7 km dari desa Tumbang Baraoi,   16-17 Januari 2021 lalu. 

Pemandangan Bukit Tandu

Dalam riwayat yang dituturkan dari mulut ke mulut, treking atau pendakian ke Bukit Tandu sudah pernah beberapa kali dilakukan baik oleh masyarakat setempat untuk berbagai keperluan maupun dari daerah lain misalnya yang dilakukan oleh beberapa remaja/ kelompok siswa salah satu sekolah  menengah. 

Wisata Petak Malai

Berdasarkan iformasi yang di himpun ada dua jalur treking atau pendakian untuk bisa sampai ke puncak bukit, jalur pertama adalah jalur ekstrim melalui tebing dimana kita harus melewati salah satu dinding tebing dengan sudut hampir 90 derajat. Sedangkan jalur kedua adalah jalur memutar mengeliling bukit yang tidak terlalu curam namun memerlukan waktu yang relatif lebih lama. 

Kurang dari sepekan  tim beranggotakan lima orang yakni Admin, Alva, Thomas, Jerri dan Alpriyanto mulai mempersiapkan diri mulai dari rencana waktu keberangkatan hingga perbekalan. 

Tim sudah mulai berkumpul sekitar pukul 9 pagi. Cuaca yang cerah dan besahabat di pagi Sabtu seakan turut menyemangati kami, sayangnya karena sesuatu dan lain hal Alva batal ikut sehingga tim kini hanya berjumlah empat orang. 

Berangkat menggunakan dua buah sepeda motor kami menyusuri jalan desa dilanjutkan jalan perusahaan HPH untuk langsung menuju titik terdekat dengan kaki bukit. Tidak ada yang mengukur secara pasti, namun diperkirakan setidaknya diperlukan sekitar 20-25 menit untuk sampai di lokasi. Tidak adanya satupun dari anggota tim yang pernah mendaki membuat kami harus melakukan pengamatan terlebih dahulu. Selain untuk mencari jalur trek yang paling menguntungkan, survei ini juga bertujuan untuk mencari tempat mengamankan sepda motor yang kami gunakan. Terlebih kami berencana untuk menginap atau berkemah di puncak bukit selama satu malam. 

Setelah melakukan pengamatan dan menemukan tempat untuk menyimpan sepeda motor, kami mulai meninggalkan jalan utama dan menerobos lebatnya vegetasi hutan menuju kaki bukit. Agak sulit menemukan jejak trek pendaki sebelumnya hal ini lantaran selain sudah cukup lama yakni sudah sekitar 2 tahun yang lalu, hutan juga cukup cepat beregenerasi. 

Ketinggian Bukit Tandu Petak Malai

Di kaki bukit jalur treking didominasi oleh hamparan bebatuan besar di antara pepohonan yang menjulang. Kanopi yang rapat membuat hanya sedikit sinar matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga suasana lembab memungkinkan lumut tumbuh dengan baik. Perlu kehati-hatian saat menginjak bebatuan ini, karena beberapa diantaranya terlihat kokoh namun sebenarnya mudah lepas.

Cerita Bukit Tandu Katingan

 

Mendekati pertengahan bukit vegetasi mulai berubah, pepohonan besar yang tadi cukup rapat kini mulai agak jarang. Kami mencoba melacak jalur pendaki terdahulu berusaha mencari rute memutar yang dimaksud namun tidak berhasil. Satu-satunya jalur pendakian mengarah pada tebing curam yang nyaris tanpa pepohonan. Selain lumut, hamparan vegetasi sejenis rumput teki dengan daun dan tangkai bunga yang tajam menutupi hampir seluruh tebing. 

Mengandalkan celah batu, rumput dan terkadang akar tanaman untuk berpegangan sebenarnya trek ini masih relatif mudah untuk ditaklukan bagi para pendaki. Kesulitan kami terletak pada perbekalan dan perlengkapan kemah yang juga harus bisa dibawa hingga ke atas puncak. Maklum saja sebagian logistik ini tidak dibawa menggunakan ransel melainkan hanya "lanjung/ luntung".

Pemandangan Bukit Tandu

Untuk berjaga-jaga maka dua orang perwakilan yakni Jeri dan Alpriyanto pergi terlebih dahulu. Tugas mereka adalah menjajal sekaligus menyiapkan jalur  trek serta memastikan arah. Sementara menunggu keduanya merintis trek, Saya dan Thomas mengeksplor sekitar. Seperti biasa saya lebih cenderung mengamati jenis-jenis tumbuhan sperti tanaman epifit, anggrek dan tanaman-tanaman unik yang berpotensi sebagai tanaman hias.

Keberadaan sinyal menjadi sesuatu yang 'wah' di sini. Thomas yang tadinya mengeluarkan Hp untuk mengabadikan momen kini sudah asik membaca pesan yang masuk dan membalasnya. Ya, sinyal memang masih menjadi sesuatu yang langka di Petak Malai. Bukan karena tidak ada, tetapi biasanya untuk mendapatkan sinyal di desa perlu usaha dan perjuangan dan sedikit keberuntungan. Tapi saat ini sinyal seakan tumpah ruah, meski hanya sebatas jaringan edge. 

Setelah menunggu sekitar 10-15 menit, kami mendapatkan kode dari Jeri dan Alpriyanto. Perlahan kami mulai merangkak naik satu persatu. Karena trek dinding yang terjal maka diputuskan hanya membawa perlengkapan tenda dan perbekalan pribadi, sedangkan logistik dijemput kemudian. Rencananya perbekalan tersebut akan dilansir kebeberapa tas yang tadinya berisi barang pribadi masing-masing setelah dikosongkan setibanya dipuncak. 

Rute Menuju Bukit Tanggu

Ternyata trek terjal dengan dinding curam hanya terdapat pada ketinggian kurang lebih 3/4 bukit  dengan rentang kurang lebih sekitar 10 meter dari pemberhentian terakhir kami. Setelah melewati tebing tersebut, vegetasi pepohonan kembali berjejer cukup rapat hingga puncak. Tidak hanya itu, kemiringannya juga menurun hanya sekitar 30-45 derajat. Namun tetap perlu waspada saat berpegangan pada pohon, karena di antara tumbuhan berkayu tersebut terdapat jenis pepohonan seperti rukam dengan batang berduri. 

Camping di Bukit Tandu

Tepat pukul 10.30 waktu setempat kami sudah berhasil berada di puncak Bukit Tandu, Desa Tumbang Baraoi Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan. Ini berarti kami membutuhkan waktu kurang lebih 90 menit dari mulai keberangkatan hingga sampai di puncak bukit. Setelah menyiapkan tempat dan mendirikan tenda, tim kembali ke titik pemberhentian terakhir untuk mengambil logistik. 

Sejauh yang kami ketahui  untuk pertama kalinya, kami adalah tim yang pertama mendaki Bukit Tandu, sekaligus berkemah  dan bermalam di puncaknya. Dengan membentangkan Bendera Merah Putih adalah bukti kami pernah ada disini sekaligus menguatkan bahwa Petak Malai, Katingan adalah bagian dari NKRI yang tidak dapat terpisahkan. 

Semoga hasil pendakian dan eksplorasi ini bisa menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak yang berkepentingan sebagai bahan kajian dalam membangun destinasi wisata alam khususnya di Kecamatan Petak Malai, kabupaten Katingan Kalimantan Tengah.