Jembatan Sungai Tapi Kembali Ambruk, Dua Desa Di Kecamatan Petak Malai Terisolir

www.tumbangbaraoi.com – Untuk kali kedua selama delapan tahun terakhir akses jalan menuju Desa Tumbang Baraoi, dan Desa Batu Tukan Kecamatan Petak Malai Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah kembali terputus. Pasalnya jembatan Sugai Tapi yang merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan jalan darat menuju ke dua desa ini  diketahui ambruk pada Senin pagi (22/10/2022).

Jembatan Tapi Runtuh
Jembatan Sungai Tapi
Penghubung Jalan Desa Tumbang Baraoi Putus 22/10/2022
Diduga penyebabnya adalah kondisi kayu log yang merupakan bahan pembuatan jembatan kondisinya sudah lapuk dan dipicu guyuran hujan yang berlangsung hampir satu malam. Sejak Minggu petang hingga senin dini hari. 

Jembatan Sungai Tapi juga pernah runtuh sekitar tahun 2015 dan berakibat lumpuhnya aktivitas warga yang biasa hilir mudik mencari kebutuhan pokok di pasar Tumbang Samba. Tidak hanya itu, putusnya jembatan juga membuat  ASN dan pegawai pemerintahan desa  kesulitan untuk mengakses ibukota Kabupaten yaitu di Kasongan dan Ibu Kota Provinsi di Palangkaraya.
Jembatan Penghubung Jalan Desa Tumbang baraoi putus
Jembatan Sungai Tapi Saat Ambruk Pada Tahun 2015

Kendati tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini karena diperkirakan terjadi di malam hari, namun dengan terisolirnya jalan darat sebagian warga harus kembali menggunakan alat transportasi air yakni berupa perahu motor berupa kelotok atau ces sebagai solusi alternatif. Selain akan memakan waktu lebih lama, penggunaan jalur air juga memiliki sejumlah resiko seperti harus melewati riam yang jumlahnya tidak sedikit. Terlebih lagi sejak dibukanya akses jalan darat milik HPH untuk pengguna umum masyarkat sudah mulai beralih ke transportasi darat sehingga saat ini ketersediaan kelotok atau alat transportasi air untuk masal sudah jarang.

Pengaruh ambruknya jembatan Sungai Tapi juga berdampak signifikan terhadap progres pembangunan infrastruktur di desa Tumbang Baraoi. Pada akhir tahun 2022 ini setidaknya ada tiga proyek yang sedang berlangsung di antaranya pembangunan tower (BTS), Seminisasi halaman dan jalan di komplek perkantoran kecamatan, serta pembangunan “guest house”.

Tanpa adanya jembatan penghubung, material atau bahan yang seharusnya diangkut melalui jalur darat terpaksa harus dilansir atau diangkut secara estafet melalui jalur transportasi sungai. Proses ini tidak hanya akan membuat biaya menjadi bengkak tetapi juga memakan waktu yang lebih lama. Padahal kesemua proyek ini ditargetkan berakhir sebelum akhir tahun.

Jembatan-jembatan di daerah hulu pada umumnya dibangun menggunakan kayu-kayu log yang disusun sedemikian rupa. Teknik yang digunakan dikenal dengan istilah sistem “kandang babi”. Karena menggunakan bahan kayu log berukuran besar baik pembangunan maupun pembongkaran puing jembatan yang rusak memerlukan alat berat.

Manager perusahaan PT Gaung Satya Graha saat diinformasikan mengenai kejadian ini berjanji akan segera meninjau langsung lokasi dan berkomunikasi dengan pihak kepala desa serta camat untuk menentukan langkah selanjutnya. Perusahaan HPH ini adalah salah satu perusahaan kayu yang beroperasi di Kecamatan Petak Malai dengan Desa Tumbang Baraoi sebagai salah satu desa binaannya.

Berkaca pada tahun 2015, proses perbaikan jembatan setidaknya membutuhkan waktu satu hingga dua bulan bergantung pada kesiapan alat dan bahan serta kondisi cuaca. Bahan yang dimaksud terutama adalah kayu log yang merupakan komponen utama penyusun jembatan. Untuk pengerjaannya setidaknya memerlukan beberapa alat berat seperti escavator dan dum truck atau beberapa alat berat lainnya seperti loader dan tractor atau buldoser.