Agustus selalu menjadi bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Bendera merah putih berkibar di setiap sudut kampung, suara anak-anak berlatih lomba terdengar riuh, dan semangat persatuan terasa lebih kental. Tahun ini, perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia menjadi momen bersejarah—80 tahun kita merdeka.
"Merdeka adalah saat kita bebas bermimpi, dan membaca adalah saat kita belajar mewujudkannya."
Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan. Inilah yang membuat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Tumbang Baraoi terus berjuang, meski berada di pedalaman Desa Tumbang Baraoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Dari Bengkel Tua Menjadi Jendela Dunia
TBM Tumbang Baraoi lahir pada 27 Agustus 2014 dari tangan dan hati seorang guru pedalaman, Muhammad Jumani, bersama relawan. Bermula dari sebuah bengkel bekas berukuran 1,5 × 2,5 meter, TBM ini berubah menjadi ruang kecil yang memuat harapan besar.
Desa kami jauh dari pusat kota, belum tersentuh listrik PLN, dan sinyal telepon sering kali hanya ilusi. Namun, di tengah keterbatasan itu, buku-buku di rak TBM menjadi jendela dunia bagi anak-anak dan masyarakat. Dari cerita dongeng hingga buku pengetahuan, dari peta dunia hingga majalah lama—semuanya menjadi bahan bakar imajinasi.
"Setiap buku adalah kapal, dan setiap pembaca adalah pelaut yang berani berlayar mencari pengetahuan."
Literasi sebagai Bentuk Kemerdekaan
Merdeka berarti memiliki kebebasan untuk bermimpi dan meraih ilmu pengetahuan. Di TBM, kami percaya bahwa membaca adalah salah satu bentuk kemerdekaan yang paling hakiki.
Selama ini, TBM Tumbang Baraoi bukan hanya tempat meminjam buku. Kami menggelar kegiatan Perpustakaan Keliling, Kemah Literasi, diskusi kelompok, hingga belajar keterampilan sederhana. Dukungan pun datang dari berbagai pihak, mulai dari donatur pribadi hingga tokoh publik seperti Raline Shah, dan penghargaan “Satu Indonesia Award” menjadi bukti bahwa perjuangan dari pelosok bisa menginspirasi.
"Membaca adalah cara kita merdeka tanpa meninggalkan tempat duduk."
80 Tahun Merdeka, 80 Alasan untuk Terus Membaca
Bagi kami, merayakan HUT RI ke-80 bukan hanya soal lomba panjat pinang atau karnaval desa. Ini adalah momen untuk mengingat bahwa kemerdekaan harus diisi dengan karya nyata—salah satunya dengan menumbuhkan budaya baca.
Setiap halaman buku yang dibuka di TBM adalah langkah kecil menuju bangsa yang lebih cerdas. Setiap anak yang tersenyum saat menemukan buku favoritnya adalah kemenangan yang tak ternilai.
"Bangsa yang besar dibangun dari pikiran-pikiran besar, dan pikiran besar lahir dari halaman-halaman buku."
Mari kita jaga nyala api literasi di pelosok negeri. Bisa dengan mengirimkan buku, menjadi relawan, atau sekadar menyebarkan cerita ini agar semakin banyak orang tahu bahwa di pedalaman Kalimantan, ada anak-anak yang sedang berjuang meraih mimpi lewat buku.
80 tahun merdeka, semoga literasi kita juga merdeka—tidak hanya di kota besar, tetapi sampai ke pelosok seperti Tumbang Baraoi. Karena sejatinya, kemerdekaan tanpa pengetahuan hanyalah setengah kemerdekaan.